openingceremony.us, Pahit Perceraian, Pria Lombok Utara Nekat Gantung Diri! Kabar duka datang dari salah satu desa di Lombok Utara. Seorang pria di temukan tak bernyawa setelah mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Perceraian yang belum lama di jalani di duga menjadi pemicu utamanya. Kasus ini bukan sekadar berita lokal, melainkan cermin tentang betapa rapuhnya kondisi emosional seseorang saat di hantam masalah batin yang mendalam. Meski hidup terus berjalan, beberapa luka sulit di sembuhkan hanya dengan waktu.
Kronologi Kejadian yang Bikin Warga Geger
Peristiwa ini terjadi pada pagi hari yang awalnya berjalan seperti biasa. Namun, suasana desa berubah mencekam ketika salah seorang warga menemukan tubuh pria berinisial H (34) tergantung di sebuah gubuk belakang rumahnya. Warga yang mengetahui hal itu langsung berteriak meminta bantuan.
Saat di periksa oleh pihak berwenang, tidak di temukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Di sekitar lokasi, polisi menemukan kursi kecil dan seutas tali yang di gunakan untuk mengakhiri hidup. Dugaan mengarah kuat pada kasus bunuh di ri yang di picu tekanan mental dan rasa kehilangan.
Warga Mengaku Kaget dan Tak Menyangka
Sosok H di kenal cukup pendiam namun ramah. Tetangganya mengaku masih melihat H beberapa hari sebelum kejadian, meski memang terlihat lebih murung dari biasanya. Ia sudah bercerai sekitar dua bulan sebelumnya, dan sejak itu tampak lebih sering menyendiri.
Meskipun tidak pernah menunjukkan tanda-tanda ingin menyakiti di ri, perubahan sikap H terasa jelas bagi orang-orang terdekatnya. Sayangnya, semua baru di sadari setelah kejadian memilukan itu terjadi. Warga pun menyesal tak sempat memberi ruang curhat atau sekadar menemani di masa sulit.
Perceraian yang Menggores Batin
Perceraian bukan hal sepele. Bagi sebagian orang, perpisahan itu seperti kehilangan arah dan makna hidup. Apalagi bila hubungan yang berakhir tersebut di bangun bertahun-tahun lamanya. Begitu pula dengan H, yang telah menjalani pernikahan selama hampir 10 tahun sebelum akhirnya berpisah dari istrinya.
Pasca perceraian, H kembali tinggal bersama orang tuanya. Namun, hubungan dalam keluarga pun di sebut tidak terlalu harmonis, membuat di rinya semakin terisolasi. Tak ada tempat berbagi cerita, tak ada bahu untuk bersandar. Rasa sendiri terus menumpuk hingga akhirnya meledak dalam keputusan nekat yang tak bisa di batalkan.
Saat Emosi Tidak Ditangani dengan Baik
Tekanan batin sering kali tak terlihat di permukaan. Banyak yang pandai menyembunyikan luka meski hatinya porak-poranda. Dalam kasus ini, H mungkin mengalami depresi, tetapi tidak ada yang menyadarinya. Ketika seseorang merasa hidup tak lagi punya nilai, maka batas antara kesabaran dan keputusasaan jadi makin tipis.
Tak sedikit orang mengira bahwa pria selalu kuat menghadapi tekanan. Padahal, semua manusia punya titik rapuh. Dan saat tak ada ruang untuk bicara atau di dengar, maka pikiran gelap pun bisa mengambil alih segalanya. Itulah mengapa penting untuk saling peka terhadap kondisi orang di sekitar, terutama mereka yang baru saja mengalami kehilangan besar.
Kesimpulan
Peristiwa tragis yang terjadi di Lombok Utara menjadi peringatan keras bahwa tekanan emosional bisa membunuh dalam di am. Perceraian bukan hanya soal dua orang yang berpisah, melainkan ada luka yang kadang sulit di obati. Kasus ini membuka mata bahwa depresi dan rasa sendiri tidak bisa di abaikan begitu saja. Semua pihak keluarga, tetangga, maupun masyarakat luas—perlu menciptakan lingkungan yang ramah terhadap mereka yang sedang jatuh. Sebab, hidup memang keras, namun saling peduli bisa membuat beban itu sedikit lebih ringan.