Main Layangan Ceria Randi yang Tiba-tiba Berujung Petaka

Main Layangan Ceria Randi yang Tiba-tiba Berujung Petaka

openingceremony.us, Main Layangan Ceria Randi yang Tiba-tiba Berujung Petaka Hari Minggu pagi, suara anak-anak menggema di lapangan belakang perumahan. Teriakan bahagia, tawa bersahutan, dan tentu saja deru suara layangan yang menggesek langit. Di antara sekumpulan anak itu, ada satu yang paling mencolok: Randi, dengan layangan barunya yang dihias gambar naga biru berkilau.

Layangan itu dibelinya dengan tabungan sendiri. Hampir dua bulan dia sisihkan uang jajan hanya demi bisa terbangkan layangan impiannya. Begitu benangnya dipasang, wajah Randi sumringah, semangatnya meledak.

Meski beberapa kali tali kusut dan layangan sempat jatuh, tetap saja ia tak menyerah. Anak-anak lain sudah tahu, kalau Randi main layangan, lapangan jadi arena pertunjukan. Bahkan beberapa bocah kecil menyingkir, cuma buat nonton layangan naga biru itu meliuk dengan sombongnya di angkasa.

Pertarungan Main Layangan, Harga Diri Dipertaruhkan

Seiring matahari naik, makin banyak layangan ikut naik. Dan seperti biasa, suasana berubah jadi tegang. Bukan karena emosi, tapi karena ‘adu ganteng’ antar layangan. Siapa pun yang layangannya bisa potong benang lawan, bakal dianggap jagoan hari itu.

Randi pun masuk ke mode “serius”. Tangannya lihai mengatur benang, matanya awas, dan fokusnya penuh. Beberapa kali dia potong layangan anak lain. Sorakan pun membahana, makin membuat Randi percaya diri. Bahkan, layangan anak SMP pun sempat tumbang di tangannya. Semua tepuk tangan, bahkan ada yang iseng nyorakin, “Randi jagonya!”

Namun, ketika semua terasa di puncak kemeriahan, arah angin berubah, dan begitu juga nasib hari itu.

Tali Putus, Langkah Panik Dimulai

Entah karena tarikan terlalu kuat atau benangnya terlalu tipis, layangan naga biru tiba-tiba terlepas. Talinya putus, dan layangan itu melayang liar ke arah barat, menukik tajam di antara pepohonan dan rumah warga.

Tanpa pikir panjang, Randi langsung lari. Ditinggalkannya sepatu, dia cuma pakai sandal jepit yang longgar. “Layangan itu harus gue ambil lagi,” katanya lirih sambil terengah-engah.

Beberapa teman ikut, tapi kebanyakan hanya mengekor dari jauh. Mereka tahu arah layangan: ke rumah-rumah padat, jalan sempit, dan… tiang listrik.

Petaka Itu Hadir Tanpa Salam

Main Layangan Ceria Randi yang Tiba-tiba Berujung Petaka

Saat Randi melihat layangannya nyangkut di pohon dekat gardu listrik, dia mendekat tanpa ragu. Kakinya cepat, langkahnya pasti, dan matanya terus mengarah ke benang yang terjuntai.

Lihat Juga  Hujan Air Mata di Pekalongan: Longsor Hancurkan Ratusan Rumah

Tanpa sadar, salah satu benang layangan ternyata sudah melingkar ke kabel listrik di atas. Dan ketika Randi menyentuhnya—petaka pun terjadi.

Kilatan kecil menyambar. Teriakan pun pecah. Randi terpental, tubuhnya terguling, dan tangannya tampak hitam terbakar. Warga sekitar langsung datang, panik dan bingung harus berbuat apa.

Saat itu, semua terasa hening. Anak-anak yang tadi tertawa, kini diam. Beberapa menangis. Sementara Randi tergeletak dengan mata masih terbuka setengah sadar.

Rumah Sakit, Tangis, dan Rasa Bersalah

Randi langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Tangannya mengalami luka cukup parah. Dokter mengatakan luka bakarnya butuh perawatan intensif, dan sebagian saraf kemungkinan terganggu. Walaupun nyawanya terselamatkan, trauma yang ia bawa mungkin tak akan mudah hilang.

Orangtua Randi pun datang dengan wajah pucat. Mereka nggak tahu kalau anaknya lari mengejar layangan sampai ke area berbahaya. Rasa bersalah melingkupi semua orang. Bahkan teman-temannya tak henti meminta maaf karena membiarkan Randi pergi sendirian.

Meski begitu, Randi tidak menyalahkan siapa-siapa. Dengan suara lemah, dia hanya bilang, “Gue cuma pengin layangan itu balik.”

Pelajaran dari Main Layangan Tali yang Terputus

Peristiwa itu menyisakan luka bukan hanya di tubuh Randi, tapi juga di hati banyak orang. Setelah kejadian, warga setempat mulai buat aturan baru: anak-anak hanya boleh main layangan di lapangan terbuka, dengan pengawasan.

Tali yang putus memang cuma sehelai, tapi dampaknya bisa ke mana-mana. Dari situ, semua belajar bahwa kadang, keseruan bisa berubah jadi bahaya dalam hitungan detik. Bukan karena niat jahat, tapi karena kurang awas.

Kesimpula

Kisah Randi adalah pengingat. Terkadang, sesuatu yang kelihatan menyenangkan bisa berubah menjadi petaka kalau tidak diiringi kehati-hatian. Layangan memang bagian dari masa kecil yang indah, tapi bukan berarti tanpa risiko.

Randi sekarang masih dalam masa pemulihan, tapi semangatnya nggak redup. Bahkan dia bilang suatu saat nanti bakal main layangan lagi, tapi dengan cara yang lebih aman. Karena baginya, langit tetap jadi tempat layangan layak terbang—tapi keselamatan tetap nomor satu.

Mungkin Anda Juga Suka